Bagaimana peran ibu dalam mememberikan pendidikan kepada anak? Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkan suatu hadits dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَجَمَالِهَا، وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Wanita itu dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, kemuliaan nasabnya, kecantikannya, dan karena agamanya. Maka nikahilah wanita yang baik agamanya niscaya kamu beruntung.”
Seorang penyair berkata :
كالأُمُّ مَدْرَسَةٌ إِذَا أَعْدَدْتَهَا أَعْدَدْتَ شَعْبًا طَيِّبً الْأَعْرَاقِ
“Ibu adalah madrasah (tempat belajar) bila kau mempersiapkannya, kau telah menyiapkan bangsa yang hebat.”
Mengingat pentingnya peran ibu dalam pendidikan, kita akan mengisyaratkan keistimewaan syariat islam yang telah megumpulkan alasan-alasan yang cukup untuk menjadikan seorang ibu berada dalam posisi yang tepat sesuai dengan tujuan Allah menciptakannya. Sehingga kaum ibu bisa beribadah kepada Allah dalam rumahnya sendiri. Diantara alasa-alasan tersebut adalah :
Asal dari wanita adalah tinggal dirumah. Allah berfirman : Dan berdiamlah kalian di rumah-rumah kalian…. (QS. Al-Ahzab 33 : 33). Allah juga menjadikan shalatnya wanita dirumah lebih utama daripada shalat di masjid.
Laki-laki (suami, ayah, anak laki-laki, atau saudara laki-laki) dibebani menafkahi seorang wanita (atau istri), agar dia bisa nyaman di rumah dan fokus terhadap tugas yang sebenarnya.
Mari kita lihat bagaimana Al-Qur’an, hadist dan Atsar ulama yang mengisahkan betapa pentingnya peran ibu bagi anak, dan ibu mampu mendidik anaknya tanpa seorang ayah.
Diantara kesuksesan seorang ibu adalah Hajar. Ia wanita teladan dalam akhlaknya yang baik dan perilakunya yang indah. Ia mendidik anaknya, Nabi Ismail, dan mengasuhnya sejak kecil hingga dewasa, sehingga akhirnya Nabi Ismail menjadi orang yang mampu mendaki di tangga kehidupan.
Penulis :
Syafiq Mansur Alkatiri
(Alumni Ponpes Madinatul Quran)