Kisah Sahabat Nabi yang Berilmu Luas: Mu’adz bin Jabal
Ia adalah Mu’adz bin Jabal, salah satu sahabat Nabi yang dikenal akan kecerdasan dan keilmuannya yang sangat luas. Rasul sendiri memuji kecerdasan Mu’adz bin Jabal sebagai orang yang paling mengetahui hukum halal dan haram diantara umat Islam.
Selain itu, Mu’adz juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang bijaksana dan guru yang sangat dihormati oleh umat Islam. Kisah hidupnya menunjukkan kepada kita tentang pentingnya ilmu, ketakwaan, dan memiliki rasa tanggung jawab dalam menjalankan agama.
Berasal dari suku Khazraj, Mu’adz bin Jabal lahir sekitar tahun 603 M di Madinah. ketika islam pertama kali datang ke kota Madinah, Mu’adz bin Jabal termasuk diantara golongan pertama yang menerima dakwah Islam.
Saat masuk Islam, umur Mu’adz masih sekitar 18 tahun, dan ia menunjukkan minat yang besar terhadap keilmuan agama islam. Karena kecerdasan dan keseriusannya dalam mencari kebenaran agama, Mu’adz dengan cepat menjadi salah satu ulama terkemuka di kalangan sahabat.
Mu’adz bin Jabal termasuk ke dalam sahabat Ashabus Suffah (Mereka yang secara khusus mengabadikan diri untuk mempelajari agama di bawah bimbingan langsung dengan Nabi Muhammad shallahu alaihi wassalam).
Kebijaksanaan Mu’adz hingga diutus menjadi Gubernur
Nabi Muhammad sendiri pernah mengutus Mu’adz ke Yaman untuk menjadi gubernur serta pengajar bagi warga setempat, disinilah ia menunjukkan sifat kebijaksanaan yang luar biasa dalam menyebarkan agama Islam.
Mu’adz bin Jabal dikenal akan keilmuannya, ia sangat cinta terhadap ilmu agama. Mu’adz selalu berusaha untuk mempelajari ajaran islam dengan sebaik-baiknya.
Bahkan, Nabi Muhammad shallahu alaihi wassalam pernah bersabda, “Umatku yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal.” [1] Ini menunjukkan betapa luasnya ilmu yang dimiliki oleh Mu‘adz bin Jabal dalam bidang syariat.
Nabi dan para sahabat lainnya seringkali membahas masalah agama dengan Mu’adz bin Jabal, ini membuat pengetahuan Mu’adz dalam agama juga meningkat. Semangatnya ketika menuntut ilmu bisa menjadi teladan bagi kita semua dalam menuntut ilmu agar lebih giat lagi.
Mu’adz juga dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana. Selain menjadi ulama, Mu’adz juga pernah menjadi gubernur. Kejadian itu terjadi ketika Nabi Muhammad mengutus Mu’adz ke Yaman. Disinilah kebijakan serta kebijaksanaan dari Mu’adz terlihat.
Selama memimpin Yaman Mu’adz sering memutuskkan suatu hal hanya berdasarkan dengan Al-Quran. Bila perkara tersebut tidak ada di Quran maka akan menggunakan sunnah Rasulnya dan seterusnya. Nabi pun memuji setiap apa yang dikatakan oleh Mu’adz bin Jabal dan merahmatinya,
Keteladanan dari seorang Mu’adz bin Jabal
Mu’adz tidak hanya memegang teguh setiap ajaran Islam, akan tetapi juga mampu menggunakan akalnya untuk mempertimbangkan setiap perkara yang masih tidak jelas. Hal ini bisa dicontoh bagi para pemimpin sekarang, agar selalu berpikir dengan bijaksana dan berpegang teguh dengan prinsip kebenaran.
Ketika berdakwah juga diharapkan kita memiliki sifat ikhlas. Inilah yang dicontohkan oleh Mu’adz bin Jabal ketika ia diutus ke Yaman untuk berdakwah serta menjadi gubernur disana. Ia sama sekali tidak mengharapkan imbalan duniawi. Yang ia inginkan hanya kehidupan akhirat kelak.
Ia juga melakukan hal tersebut dengan sabar dan penuh perhatian. Keikhlasan ini membuat Mu’adz menjadi contoh luar biasa bagi para da’i dalam menyebarkan ajaran Islam. Dakwah yang dilakukan dengan hati yang lapang dan ikhlas hanya mengharapkan Allah akan membawa keberkahan ke dalam hidupnya di dunia dan akhirat.
Kisah hidup Mu’adz bin Jabal memberikan kita pelajaran tentang pentingnya memiliki ilmu, teguh terhadap pendirian dan iman, serta selalu mencari ridha Allah. Semangat Mu’adz dalam menyebarkan ilmunya serta sebagai pemimpin bijaksana perlu kita teladani.
Footnote:
[1] At-Tirmidzi dalam Sunan At-Tirmidzi no. 3791.