Anak Jika rumah, sekolah dan masyarakat merupakan pilar-pilar pendidikan dasar, maka rumah adalah pilar pertama lagi utama dan paling kuat dari semua itu. Rumah menampung anak sejak tahap pertamanya. Waktu yang dihabiskan oleh anak-anak di rumah pun lebih besar dibandingkan di tempat yang lain, dan bahwa orang tua adalah orang yang paling berpengaruh bagi anak.
(Manhaj Tarbiyah Islamiyah 2/93 dan Tarbiayul Athfal Fiil Hadits Asy-Syarif)
Jika peran rumah, sekolah dan lingkungan dibagi dengan prosentase sederhana, rumah memiliki peran 60 %, sekolah 20 % dan lingkungan 20 %. Dengan akumulasi waktu yang dihabiskan anak-anak di tiga tempat tersebut, maka seberapapun kerusakan yang terjadi di sekolah dan lingkungan tidak akan berpengaruh besar pada anak. Namun sebaliknya jika peran rumah rendah, maka anak akan mudah terpengaruh oleh lingkungan diluar rumah. Maka rumah harus memiliki peran yang lebih besar dibandingkan sekolah dan lingkungan.
Di zaman kebesaran islam, rumah menjadi sekolah yang lengkap, karena anak-anak belajar dari ayah, ibu, paman, dan kakek. Tapi di zaman ini di rumah bermasalah, di sekolah bermasalah dan lingkungan pun bermasalah. Pentingnya peran rumah tampak jelas ketika kita diingatkan bahwa anak dilahirkan dalam kondisi fitrah dan diterima (mulai dibentuk) di rumah dalam keadaan seperti itu pula. Rumah bisa tetap meneguhkan fitrah itu atau malah menyimpangkannya.
Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda,
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Al-Bukhari).
Penulis :
Syafiq Mansur Alkatiri
(Alumni Ponpes Madinatul Quran)