Al-Qur’an menyebutkan beberapa kisah ayah bersama anaknya. Diantaranya adalah kisah Nabi Ibrahim, Nabi Nuh, Ya’qub dalam surat Al- Baqoroh 132-133, QS. Luqman 12-19, QS. Yusuf.
Maka proses pendidikan bukan hanya terjadi pada kita saja, akan tetapi terjadi pula pada para Nabi dan Rasul. Ketika kita membaca kisah Nabi Ibrahim yang sabar dalam menjalankan perintah Allah. Hajar yang tegar, Ismail yang sabar.
Keterlibatan ayah dalam pendidikan anak memenuhi gambaran sejarah Islam. Diantaranya adalah :
1. Abu Bakar Ahmad bin Kamil bin Khalaf bin Syajarah al-Baghdadi (350H)
Rahimahullah, misalnya, senantiasa memantau pendidikan putrinya, Amat as-Salam (Ummu al-Fath, 390 H) di tengah kesibukannya sebagai hakim. Diriwayatkan oleh al-‘Atiqi, hafalan hadits Amat as-Salam bahkan selalu dicatat oleh sang ayah.
2. Syaikhul Islam Abu Abbas Ahmad bin Abdillah al-Maghribi al-Fasi (560 H)
Rahimahullah juga tercatat mengajari putrinya 7 (tujuh) cara baca al-Qur’an, serta buku-buku hadits seperti Bukhari dan Muslim. Walaupun ada yang mengatakan bahwa beliau terlalu sibuk dengan dakwah sehingga tidak pernah punya waktu untuk putrinya, namun hal ini dibantah oleh Imam al-Dzahabi yang mengatakan bahwa sulit dipercaya jika ada ulama yang berperilaku seperti ini, sebab “perbuatan seperti ini merupakan keburukan yang bertentangan dengan ajaran Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam. Sang teladan bagi umat manusia ini biasa menggendong cucunya bahkan ketika sedang shalat.”
3. Contoh lain bisa kita dapati dari riwayat pakar pendidikan Islam Ibnu Sahnun (256H)
Rahimahulah. Disebutkannya, Hakim Isa bin Miskin selalu memanggil dua putrinya setelah shalat Ashar untuk diajari al-Qur’an dan ilmu pengetahuan lainnya.
Demikian pula dengan Asad bin al-Furat, panglima perang yang menaklukkan kota Sicily, ternyata juga mendidik sendiri putrinya. Nama lain yang tercatat dalam sejarah adalah Syaikh al-Qurra, Abu Dawud Sulayman bin Abi Qasim al-Andalusi (496H) dan Imam ‘Ala al-din al-Samarqandi (539H) Rahimahumullah.
Melihat contoh-contoh diatas masihkah sebagian ayah beranggapan bahwa mendidik anak-anak adalah tanggung jawab ibu saja, tidak ada kewajiban baginya, kecuali menjamin kebutuhan materi bagi istri dan anak-anaknya.
Karena itu kita dapati seorang ayah mengabiskan sebagian besar waktunya di luar rumah untuk bekerja, atau bersama-rekan-rekannya. Bahkan jika dia pulang ke rumahnya, ia hanya duduk sendirian di kamar sembari memperingatkan istrinya yang membiarkan anak-anak mengganggu ketenangannya saat merenung dan bermimpi saat tidur.
Penulis :
Syafiq Mansur Alkatiri
(Alumni Ponpes Madinatul Quran)