Setiap orang tua, tentu ingin selalu mengajarkan kebaikan pada anak-anaknya. Akan tetapi, tidak semua orang tua mengetahui cara-cara terbaik untuk menanamkan kebaikan pada anak, tak jarang, sebagian orang tua memilih cara-cara instan ketika menghendaki kebaikan bagi anaknya. Misalnya, sebagian orang tua yang memerintahkan anak dengan alasan agar seperti teman-temannya, melarang anak dengan alasan malu dengan teman-teman, atau dengan mengancam anak.
Cara-cara seperti itu, mungkin bisa diterima oleh anak-anak yang sangat kecil, seperti usia balita, karena mereka belum bisa memahami alasan yang rumit. Akan tetapi, pada anak yang berusia lebih besar, cara-cara ini bisa jadi membosankan dan tidak membentuk kesadaran dan penghayatan yang kuat dalam hatinya. Mungkin ia patuh, tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan mengapa ia diperintah atau dilarang. Salah satu cara menanamkan kesadaran yang kuat dalam diri seorang anak adalah dengan menyebutkan dalil ayat Al Qur’an dan hadist ketika menyuruhnya melakukan sesuatu atau melarangnya dari sesuatu. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Az Zumar ayat 9:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الأَلْبَابِ
Artinya: “Katakanlah: apakah sama orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui?. Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran “
Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa tidak sama orang yang memiliki pengetahuan dengan orang yang tidak memiliki pengetahuan. Begitu pula anak-anak yang mengetahui alasan perbuatannya tidak akan sama dengan anak-anak yang tidak mengetahui alasan perbuatannya.
Kapankah Kita Menyebutkan Dalil dalam Mendidik Anak?
Anak-anak memiliki kemampuan mencerna kata-kata secara bertahap. Anak yang masih terlalu kecil dan belum dapat mencerna kata-kata yang panjang, cukup diajari dengan mengatakan ini boleh dan ini tidak boleh, atau dengan perintah dan larangan dengan bahasa yang sederhana mudah dipahami. Akan tetapi, anak yang mulai besar dan dapat memahami kalimat atau alasan yang panjang, sebaiknya diajari dalil baik ayat Al Qur’an maupun hadist Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, dan ini dapat dimulai ketika anak berusia 5 atau 6 tahun.
Beberapa Contoh Dalil Al Qur’an dan Hadits dalam Mendidik Anak
- Dalil pertama yang harus ditanamkan adalah tentang tauhid kepada Allah, bahwa Allah lah sesembahan yang benar dan tidak ada sesembahan Yang benar selainNya
فاعلم أنَّه لا إله إلاَّ الله
Artinya: Ketahuilah: sesungguhnya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah (Surat Muhammad: 19)
- Dalil kedua adalah wajibnya mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.Menaati beliau berarti menaati Allah. Karenanya kita juga harus mencintai beliau, mengikuti perintah dan menjauhi larangan beliau shallallahu alaihi wa sallam
- من يطع الرسول فقد أطاع الله ومن تولى فما أرسلناك عليهم حفيظا
Artinya: “Barangsiapa yang menaati rasul, maka ia telah menaati Allah, dan barangsiapa yang berpaling, maka Kami tidak mengutusmu sebagai penjaga mereka
- Dalil selanjutnya adalah tentang adab perbuatan-perbuatan yang paling sering dilakukan anak, seperti :
- Adab makan dan minum:
Umar Ibnu Abi Salamah radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Saya dulu adalah seorang bocah kecil yang ada dalam bimbingan (asuhan) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tangan saya (kalau makan) menjelajah semua bagian nampan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam menegur saya, ‘Wahai bocah bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari yang terdekat denganmu.’ Maka demikian seterusnya cara makan saya setelah itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Adab berkata-kata :
- مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت“
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47).
Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan ketika Menyebutkan Dalil
- Ketika menyebutkan dalil, sebaiknya orang tua juga bersikap biasa saja, jangan terlalu serius sehingga anak menganggap dalil itu hanyalah seperti kata-kata yang harus dihafal. Tetapi sampaikanlah dengan lembut dan santai, sambil memandang matanya, dan memegang tangan atau pundaknya, sehingga lebih tertanam dalam hati seorang anak.
- Selalu mengulang-ulang, hingga anak benar-benar memahami dan menerapkannya. Titik berat menyebutkan dalil bukanlah sebatas agar anak menghafal ayat atau hadist yang disebutkan, akan tetapi ketika anak konsisten mengamalkan apa yang terkandung dalam ayat dan hadist tersebut.
- Meminta umpan balik dari anak untuk mengetes seberapa jauh ia memahami dalil yang telah kita sampaikan, juga mengecek apakah ia benar atau salah dalam memahami dalil tersebut.
- Orang tua harus menjadi contoh pertama dalam mengamalkan dalil yang telah ia ajarkan. Anak yang melihat inkonsistensi antara apa yang dikatakan dan diamalkan oleh orang tuanya akan berkembang menjadi anak yang tidak percaya pada nilai-nilai kebaikan.
Keuntungan Menyebutkan Dalil Dalam Mendidik Anak
- Membiasakan anak untuk mengikuti dalil, dan membiasakan anak untuk berfikir ilmiah, tidak sekedar ikut-ikutan, atau hanya ingin dilihat orang, atau malu dengan orang lain. Sehingga ia mengetahui bahwa setiap perbuatannya memiliki landasan yang kuat, bersumber dari Al Qur’an dan sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.
- Mengenalkan Allah dan rasulNya sekaligus menanamkan keimanan kepada Allah dan rasulNya, bahwa keduanya harus kita patuhi perintahnya dan kita jauhi larangannya
- Mendidik anak untuk mencintai Allah dan Rasul –shallallahu alaihi wasallam.
- Memacu orang tua terus belajar baik dengan mencari maupun memahami dalil-dalil tersebut sebelum menyampaikannya kepada anaknya.
Wallahu a’lam
Ditulis oleh : Ummu Sholeh حفظها الله