Anak-anak partinya sangat senang dengan cerita dan kisah-kisah, apalagi apabila cerita itu dibawakan oleh orang tuanya. Anak juga membutuhkan sosok sebagai teladan yang akan diikutinya, karena anak-anak ini adalah “mesin foto kopi” yang tentunya sangat cepat. Apa yang mereka lihat dan apa yang mereka dengar akan dengan cepat diikuti oleh anak.
Generasi muda Islam pada zaman keemasannya adalah generasi terbaik, yaitu pada zaman salafus shalih. karena pada zaman salafus shalih paraz orang tua sangat memperhatikan anak-anak mereka. Mereka para orang tua mengajarkan dan membacakan sejarah Islam kepada para anak mereka. Mereka juga perkenalkan para pahlawan-pahlawan Islam sebagai sosok yang sudah semestinya harus diteladani dan dikagumi.
Karena sangat pentingnya sejarah Islam ini, sampai-sampai orang tua di zaman salafus shalih mengajarkan sejarah Islam sebagaimana mereka para orang tua mengajarkan Al-Quran kepada anak mereka. ‘Ali bin Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib (dikenal dengan nama Zainul ‘Abidin) berkata,
كنا نعلم مغازي النبي صلى الله عليه و سلم وسراياه كما نعلم السورة من القرآن
“Dulu kami diajarkan tentang (sejarah) peperangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana Al-Qur’an diajarkan kepada kami”[1. Al-Jaami’ li Akhlaaqir Raawi 2/195, Maktabah Al-Ma’arif, Riyadh, 1430 H, Asy Syamilah].
Sejarah serta kisah masa lalu berbeda dengan beberapa hukum fikih. Sejarah ini bisa memberikan semangat dan motivasi serta orang tua pada zaman salafus shalih memberikan praktek penerapan langsung dari ilmu yang dipelajari. Oleh karenanya, sebagian ulama pada lebih suka membahas tentang sejarah dan keteladanan para Nabi dan orang shalih. Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata,
الحكايات عن العلماء ومجالستهم أحب إلي من كثير من الفقه؛ لأنها آداب القوم وأخلاقهم
“Kisah-kisah (keteladanan) para ulama dan duduk di majelis mereka lebih aku sukai dari pada kebanyakan (masalah-masalah) fikh, karena kisah-kisah tersebut (berisi) adab dan tingkah laku mereka (untuk diteladani)” [2. Jaami’u bayaanil ‘ilmi wa fadhlihi, I/509 no.819, Darul Ibnu Jauzi, cet.I, 1414 H, Asy Syamilah].
Bahkan juga kita ketahui bahwa sepertiga isi Al-Quran ini berisi tentang sejarah dan kisah-kisah umat di masa lampau, tentunya agar kita bisa mengambil ibroh (pelajaran) dan menjadikan teladan dari kisah para nabi-nabi dan orang shalih.
Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُون
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka (para Nabi ‘alaihis salamdan umat mereka) itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal (sehat). Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Yusuf: 111).
Tetap bersemangat mengajarkan sejarah Islam kepada anak-anak dan generasi muda kita. Tentunya salah satu caranya adalah belikan mereka buku temtang sejarah Nabi dan orang shalih di usia dini dan serta dibacakan lalu dijelaskan kepada anak-anak. Serta kenalkan kepada mereka para pemuda Islam harapannya mereka kelak akan dapat dijadikan teladan dan contoh.
Referensi:
https://muslim.or.id/29217-mengajarkan-sejarah-islam-kepada-anak-sejak-usia-dini.html