Kisah ini mungkin sudah sangat masyhur untuk seluruh kaum muslimin, akan tetapi tidak ada salahnya kita mengingat selalu kisah ini sebagai pelajaran kejujuran yang sangat berharga untuk kehidupan kita di dunia di ridhai di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Kisah ini dibawakan oleh ulama yang bernama Al-Hafidz Ibnu ‘Asakir dalam kitabnya, “Tarikh Dimasyqi”, di dalam kitab tersebut menceritakan:
Bahwa pada suatu malam, ketika Amirul Mukminin Umar bin Khathab radhiyallahu anhu melakukan tugas kesehariannya setiap malam yaitu untuk berkeliling kota mengontrol keadaan rakyatnya. Pada malam itu, beliau menangkap sebuah percakapan yang menarik antara seorang penjual susu dan anaknya, sang ibu penjual susu berkata:
“Ayo bangunlah! Campurkan susu itu dengan air!”, lalu sang gadis berkata: “Apakah ibu belum mendengar tentang larangan dari Amirul Mukminin?”, ibu penjual susu itu melanjutkan: “Apa larangannya?” sang gadis melanjutkan: “Beliau melarang menjual susu yang dicampur air”
“Ah, ayo bangunlah.Cepat campur susu itu dengan air. Jangan takut pada Umar, sungguh ia tidak melihatnya!”. “Memang Umar tidak melihat, namun Tuhannya Umar melihat kita…” timpal sang gadis.
Ketika saat itu langsung Umar tertegun oleh apa yang dikatakan gadis penjual susu tersebut. Dialog antara ibu dan anak gadisnya tersebut sangat menyentuh hati sang khalifah. Sang khalifah pun tidak dapat mengatakan sepatah kata apapun saat itu.
Keesokan harinya, pada pagi hari Umar bin Khathab memerintahkan salah seorang putranya untuk meminang gadis penjual susu tersebut. Umar berkata, “Pergilah kau ke sebuah tempat, terletak di daerah itu. Di sana ada seorang gadis penjual susu. Kalau ia masih sendiri, pinanglah dia. Mudah-mudahan Allah mengaruniakanmu seorang anak yang shalih yang penuh berkah”.
Firasat Umar pun ternyata benar. Ashim menikahi gadis tersebut dan dikarunia eorang putri bernama Ummu Ashim. Kelak dewasa, Ummu Ashim dinikahkan dengan seorang khalifah bernama Abdul Aziz bin Marwan, dan darinya lahir seorang laki-laki yang kemudian menjadi khalifah tersohor sepanjang Sejarah islam yang bernama, Umar bin Abdul Aziz.
Banyak sekali Pelajaran yang bisa ketik dari kisah ini, diantaranya:
1. Kesungguhan para salaf dalam mendidik anak mereka.
2. Kita harus mempunyai perasaan selalu merasa diawasi oleh Allah.
3. Tidak mengapa untuk menasehati orang tua jika perbuatan yang dilakukan merupakan kesalahan atau maksiat. Tetapi menasehatinya harus dengan ucapan yang sopan dan baik.
4. Selalu memilih pasangan ketika hendak menikah yang shaleh ataupun shalehah.
Membaca kisah seperti ini selalu mengingatkan akan keburukan-keburukan kecil dapat mempengaruhi sesuatu, khususnya di zaman yang sangat banyak kerusakan terjadi saat ini. Jika seseorang mau bersabar sedikit saja, maka sesuatu yang luput darinya dikarenakan kejujuran tersebut pasti akan diberi ganti sesuatu yang lebih mulia. Hal ini sebagaimana janji Rasulullah,
(إنك لا تدع شيئاً إتقاء الله تعالى إلا أعطاك الله عز وجل خيراً منه)
“Sungguh, tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena takut kepada Allah, melainkan Allah Ta’ala akan memberikan engkau (menggantikan) dengan sesuatu yang lebih baik darinya”. (HR. Ahmad dan Al Baihaqi).