Kisah Inspiratif Dari Seorang Ibu
Seorang ibu adalah kunci dari keberhasilan seorang anak, meskipun ayah juga mempunyai andil dalam hal tersebut, tetapi anak lebih sering berinteraksi dengan ibu sejak buaian hingga dia beranjak dewasa.
Ibu mendidik seorang anak sejak dia belajar merangkak hingga berjalan, peran nya sangat menentukan keberhasilan anak di masa-masa emas. maka dari itu Rasulullahu shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehati keapda ummat nya untuk selalu hormat kepada kedua orangtuanya terkhusus kepada Ibu nya.
Rasulullahu shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu, beliau bertanya kepada Nabi:
يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ
“Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya hasan).
Syaikh Fadhlullah Al Jilani, ulama India, mengomentari hadits ini: “ibu lebih diutamakan daripada ayah secara ijma dalam perbuatan baik, karena dalam hadits ini bagi ibu ada 3x kali bagian dari yang didapatkan ayah. Hal ini karena kesulitan yang dirasakan ibu ketika hamil, bahkan terkadang ia bisa meninggal ketika itu.
Dan penderitaannya tidak berkurang ketika ia melahirkan. Kemudian cobaan yang ia alami mulai dari masa menyusui hingga anaknya besar dan bisa mengurus diri sendiri. Ini hanya dirasakan oleh ibu [Dinukil dari Fiqhul Ta’amul ma’al Walidain, hal. 17].
Salah satu kisah yang menginspirasi adalah ibunda Imam Ahmad Bin Hanbal Rahimahullah, dikisahkan bahwa ibunda beliau selalu membangungkan sang imam sebelum subuh untuk bersiap sholat subuh berjamaah padahal saat itu usia Imam Ahmad masih terbilang anak-anak. tetapi ibunda beliau sudah membiasakan kepada anak nya kebiasaan yang baik.
Setelah sholat subuh beliau mengikuti kajian atau majlis yang ada di masjid tersebut hingga matahari terbit. hingga singkat cerita beliau pun tumbuh dengan menghafal al quran dan hadits hingga menjadi seorang imam besar untuk umat islam.
Inilah penting nya peran seorang ibu, dia harus bisa membimbing anak nya ke arah yang benar, mentauhidkan Allah dan mengajarkan kepada anak nya cinta kepada Rasulullah dan cinta kepada ilmu. penting bagi seorang atau calon ibu untuk belajar dan mendidik diri nya sendiri sebelum menikah.
Salah satu faktor keberhasilan anak juga adalah mendoakan sang buah hati, Allah berfirman,
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Robbi hablii minash shoolihiin” [Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh]”. (QS. Ash Shaffaat: 100).
Ini adalah do’a yang bisa dipanjatkan untuk meminta keturunan, terutama keturunan yang sholeh. Dalam Zaadul Masiir (7/71), dijelaskan maksud ayat tersebut oleh Ibnul Jauzi rahimahullah, “Ya Rabbku, anugerahkanlah padaku anak yang sholeh yang nanti termasuk jajaran orang-orang yang sholeh.”
Asy Syaukani rahimahullah mengatakan apa yang dikatakan oleh para pakar tafsir, “Ya Rabb, anugerahkanlah padaku anak yang sholeh yang termasuk jajaran orang-orang yang sholeh, yang bisa semakin menolongku taat pada-Mu”. Jadi yang namanya keturunan terutama yang sholeh bisa membantu seseorang semakin taat pada Allah.
Doa diatas adalah doa yang di panjatkan Nabi Ibrahim alaihi salam untuk anak nya Nabi Ismail alaihi salam.
Diantar lain juga ada doa Nabi Dzakariya alaihi salam,
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Robbi hab lii min ladunka dzurriyyatan thoyyibatan, innaka samii’ud du’aa’” [Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mengdengar doa] (QS. Ali Imron: 38). Maksud do’a ini kata Ibnu Katsir rahimahullah, “Ya Rabb anugerahkanlah padaku dari sisi-Mu keturunan yang thoyyib yaitu anak yang sholeh. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar do’a.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 3/54)
ًًWallahua’lam Bishawab
Penulis :
Syafiq Mansur Alkatiri
(Alumni Ponpes Madinatul Quran)