Abdurrahman bin Auf: Sahabat Nabi yang Dermawan
Ia adalah Abdurrahman bin Auf, salah satu sahabat Nabi yang merupakan pengusaha sukses dan juga seorang yang dermawan. Abdurrahman bin Auf merupakan salah satu sahabat Nabi yang dijamin masuk surga.
Abdurrahman bin Auf merupakan teladan dalam keimanan, keberanian, dan kedermawanannya. Selain itu, ia juga merupakan salah satu sahabat yang memiliki peran besar dalam dakwah Islam, melalui pengorbanannya dalam perang maupun dari hartanya yang besar demi kepentingan agama Islam.
Kisah keislaman Abdurrahman bin Auf
Abdurrahman bin Auf adalah salah satu orang yang masuk Islam pertama kali. Ia masuk ke dalam Islam melalui ajakan dari Abu Bakar Ash-Shiddiq. Seperti sahabat yang lain pada umumnya, ketika ia masuk Islam, ia ditindas sekeras-kerasnya oleh kaum Quraisy.
Akan tetapi, imannya kepada Allah tidak akan goyah dengan sangat mudah. Ia berpegang teguh dengan ajaran islam bersama para sahabat lainnya, meskipun menghadpi banyak penyiksaan dan ancaman dari orang-orang Quraisy.
Ketika Rasulullah memerintahkan untuk melaksanakan hijrah ke kota Madinah, Abdurrahman bin Auf meninggalkan semua harta yang dia miliki di Mekkah, bahkan hingga ia menjadi miskin seketika.
Lalu, ketika sesampainya ia di Madinah, Nabi Muhammad mempersaudarai Abdurrahman bin Auf dengan Sa’ad bin Rabi’, seorang kaum Anshar yang kaya raya. Ketika mempersaudarakan, Sa’ad bin Rabi’ menawarkan setengah hartanya kepada Abdurrahman bin Auf, akan tetapi dengan tegas Abdurrahman bin Auf menolak tersebut dan hanya minta ditunjukkan kepadanya dimana letak pasar.
Ini menunjukkan betapa tegasnya seorang Abdurrahman bin Auf, ia memiliki keyakinan yang besar dalam usahanya sendiri dan memliki keteguhan agar tidak bergantung kepada orang lain, meskipun ia hidup dalam keadaan yang sulit.
Kecerdikan Abdurrahman bin Auf dalam Bermuamalah
Selain dikenal akan kegigihannya, Abdurrahman bin Auf merupakan pedagang yang ulung dan cerdik. Berkat kegigihan serta kepandaiannya dalam berdagang, ia berhasil mengembangkan usahanya dengan pesat di pasar Madinah.
Bahkan hanya dengan waktu yang singkat, Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu orang terkaya di kota Madinah. Padahal ia datang ke kota Madinah hanya dengan tangan kosong saat itu. Ini membuktikan kegigihan serta kepiawaiannya dalam berdagang.
Walaupun kini ia menjadi salah satu orang terkaya di Madinah, Abdurrahman bin Auf tidak menjadi orang yang kikir atau cinta kepada dunia. Sebaliknya, ia dikenal sebagai salah satu sahabat yang paling dermawan dan gemar menginfakkan hartanya untuk kepentingan umat islam.
Salah satu kisahnya, adalah ketika Perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf menyumbangkan 200 uqiyah emas, yang jumlah hampir separuh kekayaannya saat itu. Rasulullah bahkan bersabda, “Abdurrahman bin Auf, semoga Allah memberkahi apa yang kau tinggalkan dan apa yang telah kau infakkan.”
Kedermawanannya serta rasa takutnya kepada Allah
Sungguh kedermawanan seorang Abdurrahman bin Auf tidak usah diragukan kembali. Ia pernah menginfakkan 40.000 dirham, 500 ekor kuda, dan 1.500 ekor unta untuk keperluan jihad kaum muslimin.
Ketika umat islam mengalami masa-masa yang sulit, Abdurrahman bin Auf selalu berada di garda terdepan dalam membantu umat islam. Pernah suatu ketika ia membagikan seluruh hasil perdagangannya kepada para fakir miskin di kota Madinah.
Walaupun ia dikenal sebagai salah satu sahabat nabi yang kaya raya, Abdurrahman bin Auf tetap hidup dalam kondisi yang sederhana. Ia senantiasa merasa takut kepada Allah, terutama bila terkait dengan masalah harta yang ia miliki.
Suatu ketika ia pernah menangis karena merasa banyaknya harta yang ia miliki. Ia berkata, “Aku khawatir telah menerima kenikmatan dunia dan tidak akan mendapatkan apa-apa di akhirat.” Ucapan Abdurrahman bin Auf ini menunjukkan betapa takutnya ia terhadap pertanggung jawaban hartanya kelak di akhirat.
Penutupan
Abdurrahman bin Auf meninggal pada tahun 32 Hijriyah dalam usia 75 tahun. Ketika wafatnya, ia meninggalkan banyak warisan. Namun, sebelum wafatnya, ia telah mewasiatkan agar sebagian besar hartanya untuk membantu kaum muslimin dan mendukung kaum muslimin.
Akan tetapi, warisan yang ditinggalkannya tidak hanya berupa harta benda, tetapi juga memberikan kita teladan kemuliaan dalam hal kedermawanan serta kesederhanaan dalam setiap langkah hidupnya
Abdurrahman bin Auf menjadi contoh sahabat yang benar serta memahami betul bagaimana kekayaan seharusnya digunakan di jalan Allah tidak hanya digunakan untuk kepentingan pribadi semata.
Sumber:
Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan Nihayah.
Adz-Dzahabi, Siyar A’lam An-Nubala.
Rijal Hawl al-Rasul oleh Khalid Muhammad Khalid.