Latar Belakang Kisah
Ia adalah Fudhail bin Iyadh, seorang Ulama Sufi besar pada zamannya, sebelumnya ia adalah seorang perampok yang ditakuti di wilayah Khurasan dan sekitarnya. Dahulu kala, ia menjalani hidupnya dengan merampas harta orang-orang yang melintasi jalan yang telah ia kuasai.
Walaupun ia merupakan ulama sufi, akan tetapi kisahnya memberikan kita pelajaran tentang pintu taubat dari Allah yang selalu terbuka kepada para hambanya. Meskipun, ia telah melakukan kejahatan yang besar pintu taubat-Nya selalu terbuka hingga ia menjadi sosok ulama terkemuka.
Ia juga dulu dikenal dengan sifat kebrutalan dan kekejamannya sebagai perampok yang membuat namanya menjadi masyhur di kalangan perampok dan warga lainnya. Namun, pada suatu hari, hidupnya berubah dalam sekejap dikarenakan peristiwa kecil yang menggetarkan hatinya menuju pintu taubat,
Kisah Taubat Fudhail bin Iyadh
Pada suatu malam, seperti biasa ia berada di jalan yang ia kuasai, kala itu ia sedang mengintai di tengah kegelapan menunggu mangsa yang akan dirampok olehnya. Akan tetapi, tak disangka-sangka ada sekelompok musafir yang sedang berjalan seraya berkata, “Ayo kita lanjutkan perjalanan sekarang sebelum kita bertemu dengan Fudhail, perampok yang kejam itu.”
Seketika setelah ia mendengar perbincangan tersebut, ia mulai merenungkan tentang kehidupannya yang selama ini ia jalani dengan merampok dan membuat orang lain menderita yang seketika orang mendengar nama Fudhail maka ia akan ketakutan dan benci kepadanya.
Dan disaat yang sama, Allah menakdirkan sesuatu yang lain terjadi kepada Fudhail. Dan ketika ia bersembunyi, terdengar olehnya suara seseorang yang sedang membaca Al-Quran yang berbunyi;
اَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللّٰهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّۙ وَلَا يَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْاَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْۗ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ ١٦
“Apakah belum tiba waktunya bagi orang-orang yang beriman agar hati mereka khusyuk mengingat Allah dan apa yang turun dari kebenaran (Al-Qur’an). Janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Banyak di antara mereka adalah orang-orang fasik.” (QS. Al-Hadid:16)
Ayat tersebut menusuk hati Fudhail dan mengguncang jiwanya yang selama ini gelap oleh kejahatan. Saat itu juga, Fudhail merasa bahwa ayat tersebut merupakan teguran langsung dari Allah untuknya.
Ayat ini membuat hatinya hancur seketika dan ia tersungkur menangis, menyadari betapa jauh dirinya dengan Allah azza wa jalla. Dalam tangisannya, Fudhail berikrar bahwa ia akan bertaubat dan tidak akan kembali ke dalam kehidupan hitamnya.
Berubah Menjadi Sosok Pribadi yang Lebih Baik
Sejak malam itu, kehidupan Fudhail pun berubah total. Ia meninggalkan kehidupan lamanya dan mulai menuntut ilmu, memperbaiki dirinya serta mendekatkan diri kepada Allah. Ia pun kemudian dikenal sebagai salah satu ulama terkemuka pada zamannya.
Setelah itu, hidupnya diwarnai dengan menuntut ilmu Allah, memberikan nasihat kepada sesama lainnya, dan tak jarang di dalam ceramahnya, ia menyebutkan kisah masa lalunya yang suram guna menjadi pelajaran bagi yang mendengarnya.
Hikmah dari Kisah Fudhail bin Iyadh
Dari kisah taubat Fudhail bin Iyadh ini ada pelajaran bagi kita bahwa setiap manusia, dengan sehitam apapun masalahnya, maka ia selalu memiliki kesempatan untuk bertaubat, bagi Allah azza wa jalla tidak ada dosa yang begitu besar untuk Allah ampuni, asalkan hamba-Nya tersebut ikhlas kembali kepada jalan-Nya.
Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari kisah Fudhail bin Iyadh, dan menyadari bahwa Allah itu Maha Pengampun dan senantiasa membuka pintu taubat-Nya bagi hamba-Nya. Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi bagi kita untuk berputus asa atas rahmat dan ampunan yang telah diberikan oleh Allah.
Sumber Referensi:
- Al-Hilyah oleh Abu Nu’aim Al-Ashbahani
- Kitab At-Tawwabin oleh Ibnu Qudamah Al-Maqdisi
- Al-Bidayah wa Nihayah oleh Ibnu Katsir
- Kisah-kisah Para Tabi’in